So this is probably the last place I'd come to to tell you my story, my feeling, or even something that have been bothering me for a while. First of all I'd like to point out to you (or myself, when I'm reading it back, since I guess no one even bothered to read this post but me) that right now is literally middle of the night, where I am currently writing this post on my bed. May I remind you that I barely slept for 5 hours, but right now I am wide awake and it seems like I wont be sleeping for a while so I've decided to do this.


Ahh... Where to begin?
Jadi beberapa minggu terakhir, atau satu bulan terakhir lebih tepatnya?, ada suatu hal yang benar-benar mengganjal di pikiran gue. Satu hal yang berkali-kali bikin gue terbangun di tengah malam dengan perasaan sesak, yang tiba-tiba bisa membuat air mata gue mengalir tiba-tiba, yang berkali-kali menyita konsentrasi gue. Sesuatu di masa lalu yang pernah menjadi bagian dari hidup gue, yang kini sudah terasa tak seperti milik gue lagi. Semua orang bilangnya sih hal ini akan selalu jadi bagian dari gue, hal ini akan tetap ada dan tidak pergi kemana-mana, gue tetap bisa menjadi bagian dari hal ini lewat cara lain... Well, tetap aja semua perkataan itu gak membuat gue terhindar dari rasa "kehilangan". Entahlah, selama gue kenal dan terlibat dalam hal ini, seperti ada sebuah tali yang mengikatkan diri gue dengan begitu kuat, ada sebuah rasa cinta yang tumbuh semakin besar dan kokoh. Ketika gue tau ini semua akan berakhir, gue berusaha melepaskan semuanya, mencoba mencari jalan lain untuk melanjutkan perjalanan gue, tapi tanpa tidak sadar bukannya merenggangkan ikatan di diri gue, gue justru semakin memperkuat ikatan itu sampe gue udah gak sanggup melangkah lagi. Ada sebagian besar dari diri gue yang berharap bisa melanjutkan ini semua, sementara sebagian kecil dari diri gue tau bahwa ini adalah akhir dari perjalanan gue disini. Berkali-kali gue mencoba meyakinkan diri gue bahwa mungkin ada orang-orang yang lebih baik dari gue yang bisa melanjutkan perjalanan ini, bahwa mungkin ada tempat lain yang lebih membutuhkan kontribusi dari gue, tapi entah kenapa itu semua tidak cukup untuk membuat gue merengganggakan ikatan tali yang ada.
Sebenarnya apa yang tetap gue harapkan? Keputusan-keputusan telah dibuat. Gue udah bukan bagjan dari itu semua, lalu apa yang gue inginkan? Gue sendiri benci sama diri gue karena berharap akan sesuatu yang tidak mungkin lagi terjadi, berharap pada angin... Gue sadar bahwa ikatan yang gue buat semakin lama semakin menyakitkan, meninggalkan memar. Lalu, kenapa gue tetap lebih memilih untuk bertahan dan tersakiti daripada melepaskan dan mencari hal lain? Mungkin jawabannya adalah kenyamanan... Kenyamanan yang terasa begitu familiar. Rasa sakit ini sekarang terasa lebih aman daripada potensi kebahagiaan di masa depan yang sangat kabur.

Sebenarnya ada jalan lain yang telah gue pilih... Namun semakin dekat menuju gerbangnya, entah mengapa keraguan dari diri gue semakin besar. Masalah gue sebenarnya sederhana, dan kembali lagi ke permasalahan sebelumnya: ikatan. Ketika ikatan itu sudah gue lepas, atau setidaknya melonggar, gue merasa segala keraguan lain bisa teratasi.

Ah... Gue benar-benar butuh tempat untuk mencurahkan seluruh perasaan gue. Dan biasanya menulis merupakan cara yang paling ampuh, mengalirkan perasaan-perasaan yang berkecamuk lewat kata demi kata. Tapi kata-kata yang telah gue ungkapkan dari tadi rasanya tidak mampu untuk melegakan perasaan. Mungkin tempat yang paling tepat saat ini adalah bercerita kepada orang lain yang mungkin mengerti posisi gue. Namun entah kenapa, orang-orang yang gue rasa paling mengerti posisi gue justru menyalahartikan curhatan gue. Biar gue luruskan sekarang... gue gak butuh solusi, gue gak butuh di point out dimana kesalahan gue (karena gue tau pasti dimana); yang gue butuhkan adalah dukungan, dorongan agar gue lebih yakin melangkah... Gue sendiri sudah bertanya sama diri gue, apa alasan dibalik gue memilih jalan ini salah? Apakah tikungan yang gue pilih akibat dari keputusan tergesa-gesa yang gue ambil karena rasa kecewa? Gue rasa tidak. Dalam diri gue, gue tau bahwa inilah jalan satu-satunya yang akan gue ambil ketika hal sebelumnya berakhir terlalu cepat. Selain itu, jalan inilah yang akan gue relakan apabila gue diberikan kesempatan untuk melanjutkan perjalanan sebelumnya.

Gue semakin tidak paham kemana arah tulisan ini...

1 comments:

Fradita Wanda Sari said...

Hello, long time no leaving comment on this blog of yours.
Anyway, sama deh, aku juga kalo lagi sedih dan bete emang paling ampuh nulis. Saran aja ya, menurut aku sih kamu belum sepenuhnya ngeluarin emosi kamu di tulisan ini, jd kerasa masih ada yang ngeganjal di hati. Kalo emang terlalu pribadi, coba tulis aja di diary privat. Tulis trus sampe nangis, masalahnya apa, sakitnya di mana. Biasanya aku gitu sih haha :')

Anyway, semoga masalahnya cepat selesai ya :)

Post a Comment

Copyright 2010 LA CHOSES
Lunax Free Premium Blogger™ template by Introblogger